Para astronom mengklaim telah menemukan ‘mata rantai yang hilang’ dalam evolusi alam semesta setelah big bang.
Selama bertahun-tahun para ilmuwan telah mengetahui nihilnya ‘dark ages’—sebuah periode antara Big Bang 13,7 miliar tahun lalu dengan terbentuknya bintang awal.
Namun para peneliti dari Universitas Cambridge, kini telah menangkap cahaya yang dipancarkan black hole raksasa untuk mengamati bagian dalam yang tidak diketahui dari sepenggal sejarah alam semesta.
Mereka menemukan sisa-sisa peninggalan bintang awal dan bukti setelah meledaknya sebuah bintang, yang besarnya 25 kali dari matahari.
Prof Max Pettini, dari Lembaga Astronomi Cambridge, meyakini penemuan uap gas ini akan dapat membantu mengungkap asal-usul alam semesta.
“Kami telah secara efektif mampu mengamati Dark Ages dengan menggunakan cahaya yang dipancarkan Quasar (sumber radiasi kuat yang terletak di luar Bima Sakti).
“Cahaya ini memiliki latar belakang yang berlawanan dengan awan gas dalam alurnya yang dapat diukur.”
“Kami menemukan sejumlah kecil elemen yang muncul di awan tersebut dalam proporsi yang sangat berbeda dari proporsi relatif pada bintang-bintang biasa saat ini.”
“Yang paling signifikan, rasio dari karbon hingga besi hanya 35 kali lebih besar dibandingkan yang di ukur pada matahari.”
“Komposisi ini memungkinkan kami untuk menyimpulkan bahwa gas tersebut dikeluarkan oleh bintang yang besarnya 25 kali dari matahari dan awalnya hanya terdiri dari hidrogen dan helium.”
“Akibatnya, ini merupakan sebuah catatan fosil yang tersedia bagi kami dengan mata rantai yang hilang kembali ke alam semesta awal.”
Lembaga Astronomi Cambridge telah bekerja sama dengan para peneliti di Lembaga Tekhnologi California untuk menyelesaikan riset inovatif ini.
Mereka menggunakan cahaya yang dipancarkan dari sebuah Black Hole raksasa, untuk menerangi uap gas yang dikeluarkan oleh bintang-bintang muda.
Bintang awal ini diyakini sebagai pemegang kunci bagaimana alam semesta berevolusi dari unsur bermuatan hidrogen dan helium untuk memperkaya unsur-unsur yang lebih berat, seperti oksigen, karbon dan besi.
Berlangsung setengah miliar tahun setelah big bang, periode ini tidak dapat diakses teleskop, karena awan gas yang memenuhi alam semesta ini tidak transparan.
Namun para astronom California dan Cambridge telah berhasil menemukan awan langka yang dikeluarkan oleh sebuah bintang dengan menggunakan teleskop terbesar dunia, di Hawaii dan Chili.
Sejumlah hasil pengamatan eksperimental selama ini hanya menggunakan pola dengan simulasi komputer. (Erabaru/Telegraph/sua)
http://erabaru.net/featured-news/48-hot-update/22554-menyingkap-asal-usul-alam-semesta